Dina adalah cewek anggun yang cerdas dan aktif dalam kegiatan sekolah. Dina juga taat beribadah pada Sang Khaliq, dia memang terlahir ditengah-tengah keluarga yang tahu mendalam tentang Islam. Dina juga aktif dalam kegiatan rihis di sekolahnya, malah Dina lah yang menjadi ketua rohis itu. Karena sifat baik yang dimiliki Dina, tak heran jika banyak orang yang segan padanya. Di sekolah dia memiliki banyak teman, dia pun akrab dengan guru-guru disekolahnya.
Dina memiliki dua sahabat yaitu Liesta Verawati(Liesta) dan Swastika Setya Palupi(Tika). Mereka sudah berteman sejak SMP, dan kini mereka telah duduk dibangku SMKN 11 BANDUNG. Mereka selalu kompak dalam kegiatan apapun, apalagi yang membangun talenta mereka. Mereka masuk dalam OSIS di sekolahnya. Tak hanya OSIS, pelajaran tambahan yang lainnya pun mereka ikuti. Dina dan kedua sahabatnya memang memiliki prestasi yang tidak diragukan lagi. Mereka selalu bersaing dalam hal prestasi, tentunya bersaing dengan cara yang sehat. Dalam OSIS, Dina menjabat sebagai ketua sedang Liesta dipercaya untuk menjadi bendahara dan Tika karena dia memiliki kelebihan dalam hal tulis-menulis maka dia menjabat menjadi sekertaris.
Tak terasa sudah satu semester mereka merasakan menjadi siswa SMK, dan kini mereka tengah memasuki semester kedua.
Di sela-sela jam istirahat, mereka bercakap-cakap sambil menunggu bel masuk berbunyi.

“Tak terasa ya kita udah satu semester disekolah ini”. kata Liesta membuka pembicaraan.
“Iya, aku juga gak nyangka. Perasaan baru kemaren kita menjalani MOS.” sahut Tika.
“Waktu memang berjalan begitu cepat teman, oleh karenanya kita musti bisa membagi waktu dengan baik. Kalau kita tidak bisa membagi waktu kita lah yang akan dikejar oleh waktu. Ingatlah bahwa waktu ibarat pedang, jika kita tak pandai mengendalikannya maka pedang itu akan melibas habis kita.” Kata Dina bijaksana.
“Kamu benar teman, untuk itu kita musti saling mengingatkan jika diantara kita ada yang berbuat salah.” kata Tika.
“Teman, harapan ku kita kan selalu seperti ini. Selalu bersama dalam suka dan duka, jangan sampai kita pisah karena hal yang tak seharusnya merusak hubungan kita ini.” Mata Dina mulai berkaca-kaca.
“Begitu pun aku Dina, aku tak ingin kita berpisah. Kecuali jika itu kehendak Allah, karena kehendak-NYA sudahlah pasti yang terbaik bagi hamba-hamba-NYA”. Kata Liesta seraya memeluk Dina.
“Aku juga teman, aku ingin kita menjadi teman sejati hingga nanti. Kalian adalah teman terbaik dalam hidupku kawan”. sambung Tika dan ikut memeluk mereka berdua.
Teeet…..teeet….bel masuk berbunyi,
“ Udah masuk nich, ayo kita masuk ke kelas masing-masing”. kata Tika melepas pelukannya.
“Ya, sebaiknya memang seperti itu” Dina.
Mereka pun masuk ke kelasnya masing-masing. Walau mereka tidak satu kelas, tapi mereka selalu menyempatkan diri untuk sekedar berkumpul saat jam istirahat tiba.
*****
Suatu ketika ada siswa baru pindahan dari Jakarta,namanya Elsa. Elsaninda Utami, anak seorang pengusaha ternama di sebuah perusahaan yang terletak di Jakarta. Elsa pindah sekolah karena dia harus mengikuti kedua orang tuanya yang kebetulan pindah tugas di kota kembang ini.
“Selamat pagi anak-anak…” salam pak Radit, guru fisika Tika.
“Pagi paaaaaaak…..’’ jawab anak-anak serentak. Suasana menjadi ramai saat ada seorang gadis cantik muncul di belakang pak Radit.
“Diam sebentar anak-anak, Bapak ingin memperkenalkan murid baru yang akan jadi teman kalian nantinya.” kata pak Radit mencoba untuk menenangkan kegaduhan kelas.
“Siapa namanya pak???” tanya salah seorang murid.
“Baik lah, lebih baik kalian berkenalan sendiri saja dengan orangnya, Silahkan Elsa.” kata pak Radit mempersilahkan Elsa. Suasana pun menjadi hening.
“Pagi semua….” Elsa memulai untuk memperkenalkan diri. Anak-anak pun antusias untuk mengenalnya.
“Perkenalkan, nama ku Elsaninda Utami, kalian bisa memanggilku Elsa. Aku pindahan dari SMKN 25 JAKARTA. Alasan ku pindah sekolah karena orang tuaku sedang menangani salah satu perusahaan mereka disini. Harapanku kalian bisa jadi teman baikku.” kata Elsa dan mengakhiri perkenalannya.
“Saya rasa sudah cukup perkenalannya, silahkan duduk di bangku sebelah Tika.” kata pak Radit sambil menunjukan tempat duduk Tika.

Tika pun ahkirnya duduk berdua dengan Elsa. Dan terjadilah percakapan panjang diantara keduanya. Tika mulai memberikan rasa simpatik pada Elsa, Elsa pun berusaha untuk lebih jauh mengenal sosok Tika yang dianggapnya misterius. Sejak kali pertama mereka bercakap-cakap Elsa telah meyusun rencana jahat yaitu berusaha agar Tika mau mengikuti agama yang dianutnya, yaitu Kristen. Tetapi Tika tak menyadari itu, karena dia tidak tahu akan hal itu. Tak ada hal yang mencurigakan dari Elsa, Tika memang tak mempersalahkan penampilan Elsa yang tak berjilbab karena siswa lainnya pun ada yang tidak berjilbab meski mereka beragama Islam.
Akan tetapi penilaian Tika terhadap Elsa salah, dan inilah yang membuat hubungan persahabatan antara dirinya bersama Dina dan Liesta berantakan. Tika tak pernah lagi berkumpul dengan Dina dan Liesta. Untuk sekedar bertanya kabar pun tak sempat. Hari-harinya disibukkan dengan Elsa.
*****
Semenjak Tika kenal dengan Elsa, Tika seolah menjadi lupa dengan Dina dan Liesta. Mereka jarang berkumpul lagi, bahkan waktu Tika sehari-hari dihabiskan untuk bersama Elsa. Dina dan Liesta merasa gundah dengan perubahan drastis yang terjadi pada Tika. Dan akhirnya Dina dan Liesta sengaja datang ke rumah Tika untuk membicarakan tentang persahabatan mereka yang semakin hari semakin renggang.
“Jujur aja ka, aku merasa kamu udah berubah setelah kamu kenal dengan Elsa. Kamu seolah melupakan kita dan menyibukkan diri bersama Elsa. Mana janji yang kamu ucapkan???” kata Liesta dengan nada agak tinggi.
“Kami merasa kamu telah mengingkari janji untuk setia bersama dan takkan ada yang bisa merusak hubungan kita kecuali takdir Allah???” tuntut Dina.
“ooh…gini yach yang namanya temen sejati??? Aku gak habis pikir deh dengan kalian berdua. Kenapa kalian gak suka aku berteman dengan Elsa, bukankah dia anak yang baik, sopan, tak pernah menuntutku apapun itu.” kata Tika membela dirinya.
“Astaghfirullah haladzim…. Sadar Tika, setan mana yang telah berhasil merasuki jiwamu dan menutup mata hatimu hingga kamu tak bisa melihat mana yang benar an mana yang salah.” Dina mencoba menyadarkan Tika dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
“Apa maksud kamu ngomong seperti itu Dina??? Apa kamu meragukan kebaikan Elsa, iia hah??” sanggah Tika dengan nada kasar yang membuat airmata Dina menetes bertambah cepat.
“Sudah lah Dina, sebaiknya kita pulang saja. Tak ada gunanya bicara dengan orang yang sedang tertutup mata hatinya oleh iblis jahannam. Semoga Allah segera membuka pintu hatimu agar kamu bisa melihat mana yang benar” kata Liesta dan menggandeng Dina untuk pulang.
Dina dan Liesta pun pulang meninggalkan rumah Tika. Setelah kejadian itu Dina dan Liesta memikirkan cara bagaimana agar Tika segera sadar bahwa Elsa mempunyai rencana jahat padanya. Dina sering murung karena Tika tak juga menyadari kalau Elsa adalah orang Non dan akan mengajak dirinya untuk murtad.
Dikeheningan malam Dina bangun dan menceritakan kegelisahannya pada Sang Khaliq,
“Ya Allah….. Engkau lah Dzat yang menggenggam hati manusia, Engkau lah Dzat yang Maha membolak-balikan hati manusia. Sadarkanlah teman hamba, agar dia tak tersesat dari jalan yang Engkau ridhoi. Hamba rindu dengan kami yang dulu, yang selalu bersama dalam suka dan duka.
Allah ya Rabb…., bantulah hambamu ini, beri hamba petunjuk untuk menyelesaikan masalah ini. Agar kami bisa seperti dulu lagi,amin.”

Airmata Dina mengalir deras dikedua belah pipinya. Fikirannya kosong, yang dia inginkan hanyalah semuanya segera membaik seperti sediakala. Dalam tangis, Dina terlelap dalam tidurnya hingga pagi tiba.

*****

04.00….arloji Dina berbunyi, segera Dina bangun dan mengambil air wudhu dan kemudian shalat subuh. Setelah selesai tiba-tiba Handphone Dina berbunyi, ada sms masuk.,,,
From: Liesta
Assalamu’alaikum Dina, maaf pagi-pagi udah ganggu. Ku Cuma mau bilang, nanti siang kita harus segera menyelesaikan masalah ini. Agar Tika tak tersesat semakin jauh. Aku udah punya bukti yang cukup kuat untuk menyadarkan Tika. Aku memegang rekaman pembicaraan antara Elsa dengan Lisa bahwa Elsa akan segera mengajak Tika utuk berpindah keyakinan. Harapanku dengan bukti ini Tika akan sadar dan kembali seperti dulu.
Membaca sms yang dikirim Liesta, Dina langsung memikirkan bagaimana cara agar semua ini segera usai. Sesaat kemudian, Dina mendapatkan ide. Nanti siang setelah jam pelajaran usai, Dina akan berunding dengan Liesta, Tika dan Elsa secara baik-baik.
Setelah pelajaran usai, mereka bertemu di taman sekolah.

“ Langsung saja ke pokok masalah kita.” kata Liesta sembari duduk di dekat Tika.

“Ada apa sich, tumben kalian ngajakin aku kumpul??” tanya Elsa datar.

“Kita mau membuktikan kalau kamu memiliki rencana jahat pada Tika. Kamu ingin Tika masuk dalam agama mu kan, iya kan??” kata Dina dengan suara lembutnya.
“eh, kalau ngomong jangan sembarangan dech, aku tahu sejak awal kalian tidak suka aku berteman dengan Elsa, tapi aku mohon jangan tuduh Elsa dengan tuduhan seperti itu. Apa kalian punya bukti, bukankah Islam mengajarkan kita untuk tidak menuduh seseorang tanpa bukti? Bukankah itu akan menjadi fitnah jika apa yang telah kamu katakana tidaklah benar??” Kata Tika dengan nada tinggi seolah membela Elsa.
Suasana menjadi hening, sesaat sebelum Liesta memutar rekaman pembicaraan Elsa dengan Lisa. Setelah rekaman itu selesai diputar, suasana hening kembali. Nampak airmata Tika mengalir sangat deras, mungkin karena dia telah sadar dari tidur panjangnya.
“Kenapa kamu tega melakukan ini padaku Elsa??” tanya Tika.
Dengan terbata-bata Elsa menjawab, “ aku…aku memang sengaja melakukan ini, tapi ternyata sasaran ku salah. Tika terlalu kuat untuk aku taklukan, ke]arena dia memiliki kalian yang selalu menjaganya.” kata Elsa membela diri.
“Kau jahat Elsa, selama ini penilaianku salah besar terhadapmu, hingga aku membuat kecewa sahabat ku sendiri hanya gara-gara kamu. Sungguh, kau benar-benar jahat.” Tika meneteskan air matanya.
“Sori banget, aku gak bermaksud membuat kalian musuhan kok. Lagian aku fikir semuanya takkan parah seperti ini.” Elsa menjawab dengan nada datar.
“Sudah lah, semua telah jelas. Allah telah membuktikan kebesarannya, Allah telah menepati janjinya bahwa Dia akan menolong hamba-NYA yang senantiasa memohon pertolongan-NYA” kata Liesta bijaksana.
Mendengar kata-kata Liesta, Dina menagis seraya berkata “ Allah telah memberikan Hidayah pada kita semua, telah membuka tabir yang selama ini menjadi misteri”.
“Dina, Liesta….. maafkan aku yang telah membuat kalian kecewa. Aku telah mengabaikan teman sebaik kalian, maafkan aku teman.” kata Tika seketika badannya ambruk ketanah.
“Sudah lah Tika, yang penting kamu sudah mengetahui semuanya. Tak ada yang salah dan tak ada yang perlu dipersalahkan lagi. Kami telah memaafkanmu Tika.” ucap Dina seraya membangunkan Tika dari ambruknya.
Melihat keakuran mereka, Elsa pun Gerang untuk berlaa-lama disitu. Dia pun pergi meninggalkan taman sekolah tanpa berkata apapun.
“Sekarang kita telah seperti sediakala, teman sejati dalam suka dan duka. Yang telah berlalu biarlah berlalu, anggap sebagai pelajaran hidup dan ambil saja hikmahnya”. lagi-lagi Dina berkata dengan sangat bijaksana.
“Maafkan aku teman, sekarang aku sadar bahwa kalian memang benar-benar teman sejatiku, semoga Allah berkahi kita dan senantiasa membimbing kita dalam keridhoan-NYA, amin.” Kata Tika dan memeluk kedua sahabatnya Dina dan Liesta.
Mereka tersenyum bahagia, bahagia karena telah berlalu dari masalah yang selama ini membuat mereka gelisah.
Dalam hati Dina, dia memanjatkan kidung do’anya pada Sang Maha Rahim.
“Syukur ku padamu Ya Allah telah mengembalikan kami seperti dulu, semoga selamanya kami selalu seperti ini, seelalu bersama dalam naungan-MU, amin” airmata kebahagiaan Dina pun meleleh, seakan menggambarkan betapa senangnya jiwa dan raganya karena teman sejatinya telah kembali di sisinya.

*****The End*****
by ria SMK M 1 PONJONG dengan jurusan BB(Busana Butik), santriwati Rumah Sejahtera